Gemericik
air hujan terus terdengar bak musik yang memadukan nada dengan gemuruh petir. Angin
bertiup sangat kencang dengan membawa btir-butir air dingin dari langit.
Daun-daun yang sudah menguning ikut rontok diterpanya. Seharian ini hujan
mengguyur kota Jogja. Jalanan tampak sepi, di kanan kiri jalan dipenuhi
cebongan air yang sewaktu-waktu bisa membasahi pejalan kaki jika ada mobil yang
lewat. Entah kenapa perasaanku ikut redup seperti mendung yang menggelayut menutupi
bintang dan bulan yang ingin menampakkan keindahannya. Padahal saat mentari
memamerkan sinarnya, hatiku ikut berbinar-binar, itu karena aku akan bertemu
pujaan hatiku. Tentunya kalian juga pernah merasakannya. Sehabis konsultasi
tugas akhir semester ini dengan madame Wening, aku langsung ke perpustakaan.
Sebenarnya aku rajin ke perpus hanya untuk mengakses internet dengan gratis.Wkwkwkkwkw…..tapi
karena tuntutan tugas, mau gak mau mesti meminjam banyak referensi. Kepalaku
terasa mau meledak dengan seabrek tugas akhir semester lima yang mulai menyita
waktuku.
“twing..twing..twing!
Bunyi
sms masuk.
“nduk
pertemuan kita ditunda dulu ya! Ada urusan mendadak”, katanya di layar Hp
bututku.
“huh,
dasar, pasti ngecewain lagi”, kataku dalam hati.
Saat itu
juga aku balas dengan nada sinis.
“up 2
u”, geramku dalam hati.
“jangan
ngambek gtu donk sayang!” balasnya.
Beberapa
menit aku terdiam tidak membalas sms darinya. Aku merasa hanya dipermainkan. Berkali-kali
dia membatalkan pertemuan kita. Sebenarnya aku yang salah, atau dia sich? Aku tahu
dia lagi skripsi jadi mungkin memerlukan waktu dan ruang dimana hanya ada dia
dan deretan tulisan dan rumus-rumus yang tidak kumengerti. Entah kenapa
terkadang muncul banyak asumsi di benakku. Aku merasa cinta itu menyakitkan,
dia selalu menyakiti hatiku. Secara tidak langsung tentunya, karena dia selalu
bilang “aku tidak menyakiti siapapun dan tidak ingin menyakiti juga”
Huh,
dasar….”geramku dalam hati”
Kekecewaan
demi kekecewaan datang bergiliran seakan mengantri di belakangku. Tapi mungkin
semua ini adalah proses yang harus kita jalani bersama. Kita sering berantem
via sms, kadang sampai buat dia marah. Aneh memang, seharusnya orang jogja
lembut tutur katanya dan sangat jarang marah pada orang. Ups !!! Aku lupa
menceritakan siapa si dia ini.
Berawal
dari pertemuan kami dalam acara Mubes KMNU di rumah salah satu Kiai NU. Sejak
saat itu, kami semakin dekat. Padahal statusku masih berhubungan dengan mr.F
yang sengaja memberi jarak, tanpa ada komunikasi diantara kita. Aku merasa
hanya sebuah mainan atau boneka yang bisa dibuang kapanpun pemiliknya mau.
Sayangnya aku tidak sebodoh itu. Aku memastikan kembali tentang jalinan kasih
yang baru seumur jagung itu. Akhirnya setelah lulus dari UIN Malang, dia ke
Kalimantan untuk melanjutkan S2. Walaupun begitu, aku merasa dia telah
mempermainkanku. Nah, disaat aku dilanda rasa sedih yang sebenarnya tidak patut
aku tangisi orang yang sudah aku anggap segalanya bagiku. Datang sesosok
laki-laki tinggi, kurus, kulitnya putih agak kecoklatan, rambut hitam agak
keriting, dengan muka-muka polosnya dan gayanya yang sok cakep (tapi emang cakep sich).
Tiba-tiba
dia mengirim sebuah pesan singkat disisipi dua kata yang mungkin itu nama
panjangnya. Segera mataku beralih menatap sosok berjaket jurusan, tertera nama
yang sama dengan isi sms tadi. Tanpa rasa canggung dan takut, dia mulai
mendekatiku.
Sejak
saat itu, komunikasi ringan berlanjut menjadi sebuah hubungan yang agak serius.
Tetapi seiring berjalannya waktu, hari berganti, bulanpun ikut berlalu begitu
cepat. Di penghujung tahun ini dia mulai berubah tidak seperti pas masa-masa
pendekatan dulu. Dimana selalu siap antar jemput kemanapun aku ingin pergi.
Saat itu aku sedang sakit, jadi keberadaannya membuatku lebih semangat untuk
sembuh. Sekarang aku ingin melupakannya, bukan berarti aku tidak sayang, tapi
semua ini untuk kebaikan bersama. Aku ingin kembali menjadi gadis kuat,
semangat mengejar mimpi-mimpi yang terkadang mimpi yang kutulis itu diketawain
banyak orang. Aku
percaya Allah akan menjadikannya nyata, dengan caraNya yang lebih indah. Aku
juga percaya, Dia telah mempersiapkan jodoh terbaik untuk hambaNya ini.
Mulai
saat ini, aku ingin menulis lagi seperti saat aku masih bergabung dengan sebuah
Koran kampus di salah satu Universitas negeri di Jogjakarta. Walaupun dengan
sedikit kesabaran menunggu laptop yang tidak dipakai pemiliknya. Memprihatinkan
memang, tapi aku merasakan perjuangan sebagai pencari ilmu. Semoga semester
enam ini aku bisa membeli sebuah netbook, minimal untuk mengasah bakatku di
bidang tulisan. Tiap tahajud, ku menangis meminta yang terbaik dalam
hidupku. Aku hanya gadis lugu dari desa yang orang tuanya hanya seorang petani.
Untuk bisa bertahan hidup disini, aku menginvestasikan sedikit waktu balajarku
untuk bekerja.
Orang
biasa memanggilku Zahra, nama yang indah bukan? waktu kecil aku
pernah mengalami peristiwa yang mungkin sebagian kecil orang mengalaminya. Orang sering
menyebutnya “mati suri”. Tapi wallahu’alam. Tuhan memanggilku ketika aku
berusia beberapa bulan…tapi dengan kehendakNya pula aku bisa menikmati indahnya
dunia yang terkadang penuh kepalsuan. Karena sejatinya tidak ada yang abadi di dunia ini. Aku bisa
menuliskan cerita yang mungkin masih kurang bagus (masih belajar). Aku
bersyukur atas kesempatan langka ini. Mungkin
jika aku telah meninggalkan dunia ini, aku tidak bisa merasakan indahnya
mengenal Tuhannya dalam keabadian. Hanya Dia yang bisa mengerti diriku, hanya
Dia yang mendengarkan keluh kesahku, hanya Dia yang bisa member apa yang aku
minta. Aku tidak tahu jadinya aku tanpa Dia. Akupun akan ikhlas jika hari ini
Dia memanggilku (semoga dalam khusnul khotimah, Amin). Aku ingin mempersiapkan
semuanya dengan baik, agar aku tdak menyesali waktuku di dunia.
Aku
berterima kasih kepada semua yang telah memberi warna indah dalam hidupku. Aku minta maaf jika
aku belum bisa membalasnya. To be continue……….!!!!!!!!